20 November 2013

"Terlambat"



MARILAH untuk sebentar kita merenungkan kata yang satu ini, “terlambat”. Ini kata yang mungkin teramat akrab dengan kita, karena kita begitu sering melakonkannya, atau terpaksa melakoninya, ya situasi “terlambat” itu. Kita sering terlambat bangun pagi, misalnya, kita sering terlambat berangkat kerja, kita suka terlambat makan siang, atau kita mungkin terlambat gajian bulan ini, dan begitu banyak lagi contoh.

Kita begitu akrab dengan situasi “terlambat”, karena begitu kerapnya itu terjadi, entah karena penyebabnya datang dari luar, atau karena penyebab “terlambat” itu kita buat sendiri. Kemudian kita mungkin jadi agak meremehkan situasi “terlambat” itu, menganggapnya “biasa”, menyebutnya “manusiawi”. Maka kita lalu mengenal ungkapan klise “lebih baik terlambat daripada tidak samasekali”, bukan?

Tapi di sini kita agaknya keliru. Kita kerap mengira tidak mengapa “terlambat”, karena nanti akan ada kesempatan berikutnya. Padahal kesempatan berikutnya, atau kesempatan kedua itu, nyatanya, tidak selalu datang. Apa boleh buat begitulah memang faktanya.

Fakta lain yang sepertinya juga keliru kita pahami adalah bahwa tidak semua hal dalam hidup ini bisa menunggu. Sejumlah hal ternyata harus kita lakukan “segera”: Segera begitu kesempatan untuk melakukannya terbuka. Dengan alasan apa pun, sebaiknya itu jangan ditunda.  Beberapa hal yang musti “segera” dilakukan itu ternyata sebetulnya “remeh”, ternyata begitu “sederhana”: memberi pujian kepada masakan istri, membalas pelukannya setelah pertengkaran semalam, atau memberi maaf kepada kesalahan anak kita ...

Aih, semogalah kita tidak “terlambat” menggenapkan hal-hal “remeh” dan “sederhana” itu, atau ia akan menjadi penyesalan teramat panjang.

04 November 2013

Menulis dengan Passion

SUNGGUH berat “perjuangan” sebuah blog untuk bisa “dikenal”. Ada puluhan juta (atau malah ratusan juta?) blog di dunia maya, dan blog ini hanya salah satunya. Bagaimana ia bisa muncul ke permukaan? Bagaimana bisa ia bersaing, bertahan? Ah, lebih baik saya tak memusingkan hal itu. Yang penting tetap menulis, terus menulis dengan passion, kalau bisa setiap hari, meski tak ada yang, katakanlah, membaca tulisan-tulisan itu.

Saya ingin selalu memelihara semangat itu, karena menulis pada dasarnya adalah sebuah cara melatih disiplin: disiplin berbahasa, disiplin menjaga logika, dan tulisan yang baik adalah tulisan yang memiliki tutur bahasa dan logika yang pasti baik juga.

Menulis juga sebuah tamasya, sebuah tamasya tak terduga ke lorong-lorong kemungkinan yang seringkali tak bisa kita bayangkan samasekali akhir dan ujungnya. Menulis dengan begitu adalah sebuah petualangan juga, ada resiko dan “bahaya” di sana. Tapi ada juga kenikmatan tersembunyi yang menunggu.

Menulis selalu menjanjikan pengalaman unik dan kaya, janganlah pernah saya takut kepadanya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...