22 July 2007

Pilkada Jakarta dalam Ancaman Golput

PILKADA DKI sudah di depan pintu. Kalau tak ada aral luar biasa hajatan yang baru pertama kali diadakan di ibu kota itu akan digelar 8 Agustus 2007 nanti. Tapi meskipun sudah tinggal pukul gong untuk dimulai, suasana di Jakarta masih relatif adem ayem. Mungkinkah itu karena hajatan sepak bola Piala Asia—yang saat tulisan ini disusun masih berjalan—jauh lebih menarik perhatian warga?

Lepas dari urusan sepak menyepak bola itu, Pilkada DKI mungkin memang bukan dagangan yang menarik bagi sebagian besar warga Jakarta. Koran Tempo Jum’at, 20 Agustus 2007 memuat perkiraan pemilih yang akan mengambil sikap “golput” dalam Pilkada ini mencapai 65% (survey LSI).. Apa penyebab tingginya angka “golput” itu? Koran itu menyebut faktor ketidakberesan administratif—registrasi pemilih yang berantakan--sebagai penyebab utamanya.

Faktor lain adalah karena warga rupanya menganggap “betapa tidak menariknya” calon yang tersedia untuk dipilih. Survey itu menyebut juga misalnya bahwa kelompok “terpelajar” dan “kaya” tidak menganggap hajatan ini perlu apalagi penting. Tapi, sikap apatis warga mungkin sekali bukan hanya terjadi di level “pintar” dan ‘kaya”. Sangat boleh jadi perilaku apatis itu sudah merembes ke level “bawah” pula. Karena merekalah sejatinya yang selama ini paling merasakan perlakuan “diskriminatif” penguasa.

Jadi, kalau dulu Arief Budiman cs harus bersusah-payah mengampanyekan Gerakan Putih alias “golput” ini supaya mendapatkan massa pengikut yang signifikan jumlahnya, kini tanpa harus disuruh-suruh, dibujuk, apalagi dipaksa, “golput” sebagai “ gerakan”, pun sebagai “dagangan” sudah tak bisa lagi dipungkiri eksistensinya. Dan mestinya ini menjadi bahan belajar buat penguasa bahwa rakyat sudah tidak gampang lagi dikibuli. Berjayanya “golput” membuktikan betapa gawatnya tingkat kekecewaan mereka.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...