BELUM lama ini beberapa puisi saya dimuat sebuah koran ibukota. Karena pemuatan di koran tersebut sudah beberapa kali terjadi saya segera bisa menduga-duga berapa jumlah honorarium yang bakal saya terima nantinya. Sewaktu transfer honor dari koran itu masuk ternyata jumlahnya jauh di bawah yang saya perkirakan.
Sedikit heran dan penasaran saya pun iseng menyurati koran tersebut, menanyakan dengan baik dan santun perihal honor yang jauh di bawah perkiraan itu. Seraya berharap memang ada kekeliruan dari pihak koran itu sehingga masih ada tambahan uang masuk buat saya.
Tapi sampai tulisan ini dibuat koran itu tidak juga menjawab pertanyaan saya. Padahal, menurut pikiran saya yang suka naif ini, apa susahnya sekedar mengetikkan beberapa kalimat menjelaskan apa yang sebetulnya terjadi, lalu mengirimnya by e-mail. Menurut saya itu pekerjaan yang sangat mudah, tidak merepotkan, dan malah bakal mengundang respek—ya minimal dari saya.
Tapi koran besar itu agaknya punya pertimbangan lain, dan memutuskan tidak menjawab saja pertanyaan sepele itu. Menurut saya, yang suka naif, itu adalah bukti “kesombongan” kepada sesosok “person” yang notabene memang tak punya power apa pun—kecuali mungkin “power of ngomel”. Marilah kita namakan ini kesombongan institusi. Huh.
Sedikit heran dan penasaran saya pun iseng menyurati koran tersebut, menanyakan dengan baik dan santun perihal honor yang jauh di bawah perkiraan itu. Seraya berharap memang ada kekeliruan dari pihak koran itu sehingga masih ada tambahan uang masuk buat saya.
Tapi sampai tulisan ini dibuat koran itu tidak juga menjawab pertanyaan saya. Padahal, menurut pikiran saya yang suka naif ini, apa susahnya sekedar mengetikkan beberapa kalimat menjelaskan apa yang sebetulnya terjadi, lalu mengirimnya by e-mail. Menurut saya itu pekerjaan yang sangat mudah, tidak merepotkan, dan malah bakal mengundang respek—ya minimal dari saya.
Tapi koran besar itu agaknya punya pertimbangan lain, dan memutuskan tidak menjawab saja pertanyaan sepele itu. Menurut saya, yang suka naif, itu adalah bukti “kesombongan” kepada sesosok “person” yang notabene memang tak punya power apa pun—kecuali mungkin “power of ngomel”. Marilah kita namakan ini kesombongan institusi. Huh.
No comments:
Post a Comment