ADA banyak cara atau trik untuk menilai kualitas pribadi seseorang. Misalnya kita bisa langsung menerka kualitas seseorang dari bobot pertanyaan yang diajukannya. Orang-orang dengan kualitas “A” niscaya hanya akan mengajukan pertanyaan yang mutunya “A” juga, yang biasanya membuat kita terhenyak mendengarnya. Nah, kalau Anda tidak mau diperlakukan sepele, hati-hatilah dalam mengajukan pertanyaan.
Sudah barang tentu kualitas seseorang juga bisa diukur dari cara yang bersangkutan menjawab pertanyaan. Orang-orang dengan kualifikasi “A” biasanya juga menyodorkan jawaban-jawaban yang kelas “A” juga. Semakin “sembarangan” dan “tidak nyambung” jawaban kita, semakin “sembarangan” juga orang lain akan memperlakukan kita. Jadi, bertanya dan menjawab itu bukan perkara asal mengeluarkan suara atau bunyi—seperti dengan fasih diperlihatkan banyak pejabat kita.
Kita juga bisa menakar kualitas pribadi seseorang dari caranya mengekspresikan kemarahan. Sungguh menarik menyimak bagaimana masing-masing orang melepaskan hawa amarahnya. Ada yang kalau marah jadi bungkam seribu bahasa, berhari-hari lagi. Sebaliknya ada yang kalau marah bukan cuma mulutnya yang “rame” tapi tangannya ikut membantu.marah-marah. Misalnya dengan merusak, melempar, menggampar, dan sebagainya.
Tentu saja kita tidak bisa selalu merekayasa dan mengatur ekpresi marah kita. Masing-masing kita agaknya sudah “ditakdirkan” punya gaya marahnya sendiri-sendiri. Berbahagialah bila Anda dikarunia kemampuan untuk marah dengan tetap bisa santun. Sehingga orang yang Anda marahi alih-alih ikut sewot—atau ketakutan--malah jadi takluk, menyerah tanpa syarat. Saya kepingin sekali bisa seperti itu—marah tapi bisa tetap mesem--tapi bagaimana ya cara latihannya …
Sudah barang tentu kualitas seseorang juga bisa diukur dari cara yang bersangkutan menjawab pertanyaan. Orang-orang dengan kualifikasi “A” biasanya juga menyodorkan jawaban-jawaban yang kelas “A” juga. Semakin “sembarangan” dan “tidak nyambung” jawaban kita, semakin “sembarangan” juga orang lain akan memperlakukan kita. Jadi, bertanya dan menjawab itu bukan perkara asal mengeluarkan suara atau bunyi—seperti dengan fasih diperlihatkan banyak pejabat kita.
Kita juga bisa menakar kualitas pribadi seseorang dari caranya mengekspresikan kemarahan. Sungguh menarik menyimak bagaimana masing-masing orang melepaskan hawa amarahnya. Ada yang kalau marah jadi bungkam seribu bahasa, berhari-hari lagi. Sebaliknya ada yang kalau marah bukan cuma mulutnya yang “rame” tapi tangannya ikut membantu.marah-marah. Misalnya dengan merusak, melempar, menggampar, dan sebagainya.
Tentu saja kita tidak bisa selalu merekayasa dan mengatur ekpresi marah kita. Masing-masing kita agaknya sudah “ditakdirkan” punya gaya marahnya sendiri-sendiri. Berbahagialah bila Anda dikarunia kemampuan untuk marah dengan tetap bisa santun. Sehingga orang yang Anda marahi alih-alih ikut sewot—atau ketakutan--malah jadi takluk, menyerah tanpa syarat. Saya kepingin sekali bisa seperti itu—marah tapi bisa tetap mesem--tapi bagaimana ya cara latihannya …
No comments:
Post a Comment