PERNAH mendengar anekdot tentang sekelompok orang buta yang bertengkar tentang rupa atau sosok seekor gajah? Dikisahkan dalam anekdot itu orang-orang buta itu kemudian dipersilakan mereka-reka sendiri sosok sang gajah dengan cara meraba-rabanya. Apa yang kemudian terjadi kita sudah bisa menduganya..
Orang buta yang kebagian meraba ekor gajah akan mempunyai gambaran yang sungguh berbeda dengan orang buta lain yang kebagian meraba kaki, belalai, telinga, atau bagian-bagian tubuh gajah lainnya. Singkatnya mereka semua memperoleh gambaran yang jauh dari lengkap apalagi sempurna tentang gajah yang mereka ributkan itu.
Kita sebetulnya orang-orang buta seperti dalam anekdot di atas. Buku-buku sejarah dipenuhi oleh cerita orang-orang buta yang sibuk bertengkar tentang “sang gajah”. Untungnya di antara orang-orang buta itu ada juga yang ngeh bahwa mereka itu hakikatnya “buta”. Kelompok ini sadar betul bahwa karena mereka buta, mereka tidak akan pernah berhasil mendapatkan gambaran sosok si gajah secara utuh dan benar.
Karena itu mereka suka saling bertukar pendapat dengan sesama orang buta lainnya untuk lebih memperkecil margin kekeliruan atau kekurang-lengkapan gambaran sang gajah yang mereka miliki. Kita menyebut mereka ini kelompok moderat. Mereka suka berpikir dan berperilaku lintas batas, dan ogah terkurung dalam sekat-sekat sempit yang hanya membikin kita semakin kerdil.
Sayang jumlah mereka kelewat sedikit. Jauh lebih banyak gerombolan orang buta yang dalam kebutaannya malah suka petantang-petenteng, merasa paling tahu dan benar sendiri. Padahal mereka mungkin hanya pernah sempat memegang kuping sang gajah, atau malahan buntutnya.
Orang buta yang kebagian meraba ekor gajah akan mempunyai gambaran yang sungguh berbeda dengan orang buta lain yang kebagian meraba kaki, belalai, telinga, atau bagian-bagian tubuh gajah lainnya. Singkatnya mereka semua memperoleh gambaran yang jauh dari lengkap apalagi sempurna tentang gajah yang mereka ributkan itu.
Kita sebetulnya orang-orang buta seperti dalam anekdot di atas. Buku-buku sejarah dipenuhi oleh cerita orang-orang buta yang sibuk bertengkar tentang “sang gajah”. Untungnya di antara orang-orang buta itu ada juga yang ngeh bahwa mereka itu hakikatnya “buta”. Kelompok ini sadar betul bahwa karena mereka buta, mereka tidak akan pernah berhasil mendapatkan gambaran sosok si gajah secara utuh dan benar.
Karena itu mereka suka saling bertukar pendapat dengan sesama orang buta lainnya untuk lebih memperkecil margin kekeliruan atau kekurang-lengkapan gambaran sang gajah yang mereka miliki. Kita menyebut mereka ini kelompok moderat. Mereka suka berpikir dan berperilaku lintas batas, dan ogah terkurung dalam sekat-sekat sempit yang hanya membikin kita semakin kerdil.
Sayang jumlah mereka kelewat sedikit. Jauh lebih banyak gerombolan orang buta yang dalam kebutaannya malah suka petantang-petenteng, merasa paling tahu dan benar sendiri. Padahal mereka mungkin hanya pernah sempat memegang kuping sang gajah, atau malahan buntutnya.
1 comment:
Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the Câmera Digital, I hope you enjoy. The address is http://camera-fotografica-digital.blogspot.com. A hug.
Post a Comment