SAYA pernah menulis suatu kali bahwa merawat blog itu mirip dengan mengurus toko. Kalau pengandaian “blog” dan “toko” itu bisa disepakati maka kita pun bisa mencoba mencari kesepakatan faktor-faktor apa saja gerangan yang diperlukan untuk menjaga keberlangsungan dan keberhasilan sebuah blog, dengan mengambil analogi kasus sebuah toko. Nah, bayangkanlah sekarang sebuah toko—toko apa saja tak soal.
Pengunjung toko tentu mengharap toko yang dikunjunginya tertata rapi dan bersih. Kalau suasana tokonya gurem, acak-acakan, susunan barang tidak terpola, penjaga tokonya jutek, mana pengunjung betah datang berlama-lama ke toko itu. Suasana toko bisalah disamakan dengan theme dalam blog. Theme untuk sebuah blog mewakili spirit utama blog. Kalau theme blognya ngawur, nggak nyaman dipandang, navigasinya ruwet, mana pengunjung blog betah datang kesitu, bukan?
Pengunjung tentu mengharap juga barang dalam toko selalu baru dan masih fresh. Blog yang jarang diupdate—apalagi kalau umurnya masih bocah—akan dengan gampang ditinggal pengunjungnya. Pengunjung blog selalu mengharap mendapat kejutan, hal-hal tak terduga dari blog yang didatanginya. Maka kalau blog itu isinya cuma kabar-kabar basi atau opini yang tidak menawarkan sudut pandang baru, mereka akan kapok datang lagi.
Hal-hal lain yang dituntut dari sebuah blog adalah akurasi. Ini untuk mengimbangi subyektifitas yang menjadi ciri utama blog. Tanpa akurasi sebuah blog terancam hanya akan menjadi tempat sampah, atau seperti toko yang menjual barang-barang dengan merek palsu. Motto “pembeli adalah raja” juga berlaku dalam dunia blog. Sering pengunjung menuntut hal-hal yang kelewat ideal—seraya lupa bahwa seorang pemilik “toko” juga hanya manusia biasa. Tapi nggak ada jalan lain kecuali mencoba memuaskan “libido” mereka sebisanya kalau kepingin blog kita awet.
Sekarang, silakan berkunjung ke Kampung Blog atau Blog Indonesia. Blog-blog yang selalu nangkring sebagai blog papan atas di sana mestinya blog-blog yang sudah memenuhi persyaratan sebuah toko yang berhasil. Kalau ternyata tidak begitu, yah itu artinya tulisan ini ternyata ngawur. Atau, hasil pemeringkatan blog di dua situs itu tidak sepenuhnya valid dan obyektif?
Pengunjung toko tentu mengharap toko yang dikunjunginya tertata rapi dan bersih. Kalau suasana tokonya gurem, acak-acakan, susunan barang tidak terpola, penjaga tokonya jutek, mana pengunjung betah datang berlama-lama ke toko itu. Suasana toko bisalah disamakan dengan theme dalam blog. Theme untuk sebuah blog mewakili spirit utama blog. Kalau theme blognya ngawur, nggak nyaman dipandang, navigasinya ruwet, mana pengunjung blog betah datang kesitu, bukan?
Pengunjung tentu mengharap juga barang dalam toko selalu baru dan masih fresh. Blog yang jarang diupdate—apalagi kalau umurnya masih bocah—akan dengan gampang ditinggal pengunjungnya. Pengunjung blog selalu mengharap mendapat kejutan, hal-hal tak terduga dari blog yang didatanginya. Maka kalau blog itu isinya cuma kabar-kabar basi atau opini yang tidak menawarkan sudut pandang baru, mereka akan kapok datang lagi.
Hal-hal lain yang dituntut dari sebuah blog adalah akurasi. Ini untuk mengimbangi subyektifitas yang menjadi ciri utama blog. Tanpa akurasi sebuah blog terancam hanya akan menjadi tempat sampah, atau seperti toko yang menjual barang-barang dengan merek palsu. Motto “pembeli adalah raja” juga berlaku dalam dunia blog. Sering pengunjung menuntut hal-hal yang kelewat ideal—seraya lupa bahwa seorang pemilik “toko” juga hanya manusia biasa. Tapi nggak ada jalan lain kecuali mencoba memuaskan “libido” mereka sebisanya kalau kepingin blog kita awet.
Sekarang, silakan berkunjung ke Kampung Blog atau Blog Indonesia. Blog-blog yang selalu nangkring sebagai blog papan atas di sana mestinya blog-blog yang sudah memenuhi persyaratan sebuah toko yang berhasil. Kalau ternyata tidak begitu, yah itu artinya tulisan ini ternyata ngawur. Atau, hasil pemeringkatan blog di dua situs itu tidak sepenuhnya valid dan obyektif?
No comments:
Post a Comment