NGEBLOG atau blogging mungkin tak salah disebut pekerjaan “orang gila”. Mengapa begitu? Ngeblog, jika kita berniat melakoninya dengan serius, menuntut napas panjang. Kalau diibaratkan dengan adu lari, ngeblog adalah lomba lari marathon. Blog yang baik adalah blog yang secara rutin diupdate--minimal seminggu sekalilah Tapi blog yang baik menuntut konten yang juga “bermutu”, jadi tidak asal update saja.
Itu artinya, pemilik blog dituntut terus belajar, terus pasang mata dan buka kuping, supaya selalu mendapatkan bahan tulisan yang fresh dan terjaga mutunya. Dan bahan yang “bermutu” itu baru akan jadi bernilai kalau kita juga tahu cara menyajikannya. Jadi di sini kelihaian menulis menjadi taruhan. Lagi pula kita dituntut bergerak cepat. Sebab kalau bahan bagus itu telat disajikan, dia hanya akan tinggal jadi barang basi yang tidak ditengok lagi.
Tapi yang paling “gila” adalah kenyataan bahwa, untuk segala kerepotan yang menjadi syarat mutlak itu ternyata tidak ada duitnya samasekali, alias kita tidak dapat apa pun. Paling-paling hanya kepuasan batinlah yang kita dapatkan dari segala jerih payah itu. Biasanya ada semacam rasa lega apabila kita berhasil mempublish sebuah artikel baru. Bolehlah itu kita sebut semacam “orgasme” dalam bentuk yang lain.
Di zaman serba instan, di mana setiap hal diukur dari "manfaatnya" dan duit menjadi “berhala tunggal” dan parameter satu-satunya, teranglahlah kegiatan ngeblog--bagi sebagian orang-- menjadi terlihat sebagai sesuatu yang absurd bahkan untuk sekadar dibayangkan.
Mungkin ada “bonus” tambahan—meskipun tidak selalu terjadi, dan mungkin tidak penting buat sebagian orang. Kegiatan ngeblog itu kadang membawa kita pada sebentuk perkawanan yang terasa menghibur juga, meskipun kita hanya bisa saling kenal nama doang—yang siapa tahu bukan pula nama beneran--satu sama lain. Selebihnya, percaya deh, tak ada apa-apa lagi yang kita dapat.
Maka blog yang tahan lama dan bagus bisa dipastikan adalah blog yang sudah dengan susah-payah dirawat penuh kecintaan oleh “seorang gila”. Dan saya hanya bisa berharap mudah-mudahan saya pun ternyata cukup “gila” untuk bisa terus melakoni kerja ngeblog saya.
Itu artinya, pemilik blog dituntut terus belajar, terus pasang mata dan buka kuping, supaya selalu mendapatkan bahan tulisan yang fresh dan terjaga mutunya. Dan bahan yang “bermutu” itu baru akan jadi bernilai kalau kita juga tahu cara menyajikannya. Jadi di sini kelihaian menulis menjadi taruhan. Lagi pula kita dituntut bergerak cepat. Sebab kalau bahan bagus itu telat disajikan, dia hanya akan tinggal jadi barang basi yang tidak ditengok lagi.
Tapi yang paling “gila” adalah kenyataan bahwa, untuk segala kerepotan yang menjadi syarat mutlak itu ternyata tidak ada duitnya samasekali, alias kita tidak dapat apa pun. Paling-paling hanya kepuasan batinlah yang kita dapatkan dari segala jerih payah itu. Biasanya ada semacam rasa lega apabila kita berhasil mempublish sebuah artikel baru. Bolehlah itu kita sebut semacam “orgasme” dalam bentuk yang lain.
Di zaman serba instan, di mana setiap hal diukur dari "manfaatnya" dan duit menjadi “berhala tunggal” dan parameter satu-satunya, teranglahlah kegiatan ngeblog--bagi sebagian orang-- menjadi terlihat sebagai sesuatu yang absurd bahkan untuk sekadar dibayangkan.
Mungkin ada “bonus” tambahan—meskipun tidak selalu terjadi, dan mungkin tidak penting buat sebagian orang. Kegiatan ngeblog itu kadang membawa kita pada sebentuk perkawanan yang terasa menghibur juga, meskipun kita hanya bisa saling kenal nama doang—yang siapa tahu bukan pula nama beneran--satu sama lain. Selebihnya, percaya deh, tak ada apa-apa lagi yang kita dapat.
Maka blog yang tahan lama dan bagus bisa dipastikan adalah blog yang sudah dengan susah-payah dirawat penuh kecintaan oleh “seorang gila”. Dan saya hanya bisa berharap mudah-mudahan saya pun ternyata cukup “gila” untuk bisa terus melakoni kerja ngeblog saya.
1 comment:
oooh, mangtaf bos, teruskan kegilaannya :D
Post a Comment