MENDUNG tengah bergayut di langit Republik Mimpi. Tokoh ‘wakil presiden’ Jarwo Kwat alias JK atawa Sujarwo sedang tertimpa apes : dituduh memberikan cek kosong senilai 200 juta. Polisi bahkan sudah menetapkan sang ‘wapres’ itu sebagai buronan, lantaran sudah dua kali mangkir dari panggilan. Dalam tayangan Newsdotcom semalam Effendi Ghazali mengisyaratkan kemungkinan bubarnya kelompok ‘pelucu intelek’ itu seandainya terbukti Sujarwo bersalah.
Selama ini Newsdotcom berhasil hadir bukan melulu sebagai suguhan lucu-lucuan biasa. Model parodi politik yang diusungnya membuat mereka dipandang sebagai “pahlawan moral” yang ‘bersih’. Tontonan-tontonan mereka menjadi pilihan katarsis yang cerdas dan sehat ketika kenyataan sehari-hari kita terasa begitu mokal, edan, dan tak bisa lagi diharapkan. Dengan beban citra seberat itu, maka pilihan bubar menjadi solusi terhormat yang tersedia buat mereka, seandainya betul Jarwo Kwat terbukti cacat hukum.
Sangat disayangkan apabila kelompok ini musti tamat karena kasus “murahan” begini. Sebagai penggemar beratnya, saya kerap membayangkan bahwa mereka suatu hari nanti memang bakalan “habis”, tapi “habis” secara santun dan “heroik”. Misalnya “dibredel” penguasa, atau ditendang bos pemilik stasiun TV karena perbedaan prinsip yang tak bisa didamaikan.
Ada beredar juga spekulasi bahwa kelompok ini memang sudah lama “dibidik”—karena kita tahu kritik-kritik mereka tidak membuat semua orang senang. Jadi dicarilah celah untuk bisa menjegal mereka. Kebetulan Jarwo Kwat tersandung masalah, maka apa salahnya kalau dia dijadikan “korban” pertama.Yang lainnya nanti menyusul, apabila diperlukan.
Tapi apakah betul begitu duduk soalnya, wallahualam. Di Republik Indonesia—yang bukan mimpi—sudah jamak kalau banyak hal tidak selalu menjadi jelas.
Selama ini Newsdotcom berhasil hadir bukan melulu sebagai suguhan lucu-lucuan biasa. Model parodi politik yang diusungnya membuat mereka dipandang sebagai “pahlawan moral” yang ‘bersih’. Tontonan-tontonan mereka menjadi pilihan katarsis yang cerdas dan sehat ketika kenyataan sehari-hari kita terasa begitu mokal, edan, dan tak bisa lagi diharapkan. Dengan beban citra seberat itu, maka pilihan bubar menjadi solusi terhormat yang tersedia buat mereka, seandainya betul Jarwo Kwat terbukti cacat hukum.
Sangat disayangkan apabila kelompok ini musti tamat karena kasus “murahan” begini. Sebagai penggemar beratnya, saya kerap membayangkan bahwa mereka suatu hari nanti memang bakalan “habis”, tapi “habis” secara santun dan “heroik”. Misalnya “dibredel” penguasa, atau ditendang bos pemilik stasiun TV karena perbedaan prinsip yang tak bisa didamaikan.
Ada beredar juga spekulasi bahwa kelompok ini memang sudah lama “dibidik”—karena kita tahu kritik-kritik mereka tidak membuat semua orang senang. Jadi dicarilah celah untuk bisa menjegal mereka. Kebetulan Jarwo Kwat tersandung masalah, maka apa salahnya kalau dia dijadikan “korban” pertama.Yang lainnya nanti menyusul, apabila diperlukan.
Tapi apakah betul begitu duduk soalnya, wallahualam. Di Republik Indonesia—yang bukan mimpi—sudah jamak kalau banyak hal tidak selalu menjadi jelas.
No comments:
Post a Comment