PARTAI Keadilan Sejahtera (PKS), salah satu parpol berbasis konstituen Islam yang sejauh ini berhasil tampil “bersih” dan “moderat” terpeleset dalam serangkaian blunder, yang bukan tidak mungkin akan berpengaruh pada perolehan suara mereka pada Pemilu 2009 kelak.
Blunder pertama terjadi sewaktu PKS mencantumkan nama mantan penguasa Orde Baru, Suharto, dalam sebuah “iklan politik” mereka belum lama ini. Dalam iklan itu, Suharto—yang oleh banyak kalangan masih dicap “nista”--disejajarkan dengan sejumlah tokoh pahlawan nasional yang nilai ketokohannya sudah dianggap “paten”. Iklan itu langsung menuai sinisme publik. PKS dianggap tengah mencoba “membaiki” kubu Cendana.
Tapi seperti sengaja melawan arus, tak lama sesudah manuver iklan itu, PKS malah bikin eksperimen lain lagi. Kali ini putri sulung Suharto, Tutut, yang digeret-geret, dihadiahi gelar “perempuan yang menginspirasi”. Protes pun bermunculan kembali, dan kali ini PKS cukup tanggap agaknya. Nama putri Suharto itu pun batal disertakan dalam hajatan mereka.
Heboh paling akhir dilakukan oleh Hidayat Nurwahid, mantan ketua PKS yang sekarang menduduki kursi pertama di MPR. Politikus kalem yang gemar tampil bersahaja itu meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar mengeluarkan fatwa “haram” bagi pemilih yang memutuskan “golput” pada Pemilu yang akan datang. Tentu banyak pihak heran dengan manuver ganjil (dan bodoh) dari tokoh PKS ini.
Partai Keadilan Sejahtera selama ini terkesan “percaya diri” dan “tidak grasa-grusu” dalam perilaku politiknya. Dan dengan gaya “slow but sure” itu sejauh ini mereka terus menunjukkan grafik prestasi yang bagus. Tapi serangkian blunder yang mereka buat mendadak menghapus kesan itu.
Kehebohan yang mereka timbulkan seolah “bukti” kecil (tapi penting) bahwa mereka ternyata tidak se-”low profile” dan se-“sabar” (pun tidak se-“demokratis”) seperti.selama ini disangka. Jadi, sungguh inikah wajah asli Partai Keadilan Sejahtera?
1 comment:
Hello
Post a Comment