12 November 2010

Maaf, Blog Tak Akan Mati

Blog tak akan mati, setidaknya tidak akan secepat ini. Situs jejaring sosial, sebutlah Facebook atau Twitter, boleh saja semakin banyak mengumpulkan peminat dan penggilanya, tapi blog tak akan gampang-gampang ditaklukkan.

Mengapa Facebook bisa begitu digemari? Karena ia menawari penggunanya kemudahan. Kemudahan mengaksesnya, tapi terutama adalah kemudahan mengumpulkan jaringan teman yang lalu pada akhirnya membentuk komunitasnya.

Jalan dan proses yang super instan ini tidak tersedia pada blog. Ketika seseorang membuat blog ia memerlukan jauh lebih banyak kerja keras (dan waktu) sebelum bisa membentuk jaringan komunitasnya. Masalahnya, tidak semua blog (atau blogger) cukup punya stamina untuk sampai ke sana

Seorang blogger dituntut untuk bisa disiplin mengisi blognya, dengan artikel fresh dan dalam jumlah memadai (dua atau tiga artikel seminggu, paling tidak), atau ia akan ditinggalkan pembacanya. Tapi menulis 2 atau 3 artikel baru dalam sepekan jelaslah pekerjaan yang jauh lebih berkeringat (dan “berdarah”) ketimbang hanya melemparkan celutukan ngasal seperti kita terbiasa melakukannya di Twitter.

Sejauh ini kita belum lagi menyenggol masalah seputar “bagaimana memanfaatkan jasa gratis mesin pencari” (SEO), karena sebuah blog—sebagus apa pun isinya, setenar apa pun penulisnya—tidak bisa serta merta ngetop, dan dikenali. Kita perlu tahu juga cara dan trik bagaimana “mengakali” mesin pencari, supaya blog kita tidak perlu kelewat lama ada dalam posisi “anonim”.

Singkatnya, sebuah blog memerlukan jauh lebih banyak daya sebelum bisa eksis di jagat maya.

Facebook dan Twitter hadir pada waktu yang pas, yakni ketika orang mulai merasakan kejenuhan karena kehadiran blog yang begitu bejibun. Tawaran instan yang dijajakannya serta merta menarik hati mereka yang merasa tak begitu nyaman dengan pilihan sunyi dan melelahkan yang disyaratkan kepada seorang blogger.

Ada baiknya juga kehadiran situs jejaring sosial ini. Kemunculannya telah menciptakan seleksi alamiah besar-besaran di ranah blog: para blogger yang hanya ngeblog dengan setengah hati, dengan segera berguguran, dan beralih ke Facebook atau Twitter.

Mereka yang pada akhirnya tetap setia ngeblog adalah mereka yang memang mencintai blog, atau pekerjaan menulis itu sendiri. Mereka tak begitu hirau meskipun tak ada teman yang heboh bermomentar. Mereka akan tetap menulis dengan passion, ada atau tidak ada orang yang menyoraki.

Maka blog memang tidak akan mati. Tapi ia kini hanya menjadi milik “segelintir” mereka yang “lebih serius”. Sedang mereka yang hanya kepingin sekedar “numpang pipis” atau “buang ingus” akan dengan sendirinya berkerumun di sekitar situs jejaring sosial yang riuh rendah itu.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...