25 October 2007

"Tukang Sihir" Itu Bernama Mario Teguh

MUNGKIN tidak kelewat berlebihan kalau predikat “tukang sihir” kita lekatkan di depan nama Mario Teguh, sang motivator yang ujar-ujarnya hari-hari ini banyak ditunggu dan dicari orang. Ia sendiri dengan rendah hati lebih suka menyebut dirinya seorang sales, “hanya” seorang “penjual semangat”.

Sebagai penjual semangat ia memang piawai. Petuah-petuahnya terasa sangat bertenaga—dan mencerahkan. Itu bisa terjadi karena ia berhasil lolos dari sergapan klise, hal yang adalah perintang terbesar dalam urusan seperti ini. Banyak dari nasehatnya sebetulnya bukan barang baru apalagi ajaib, tapi karena disampaikan dengan cara “baru” maka ia lalu berubah menjadi “sihir yang memukau”.

Namun Mario Teguh tidak pernah menjanjikan sulapan. Ketika suatu kali ditanya soal seberapa perlunya faktor “luck” dalam sukses seseorang, ia dengan tandas mengatakan bahwa “keberuntungan” 100 persen berada di belakang sebuah sukses. Tapi “keberuntungan” dalam kamus seorang Mario Teguh hanyalah sejumput momen yang baru betul-betul akan menjadi “luck” manakala kita setiap hari bersiaga dan setia menantikannya—dengan cara antara lain merawat dan menjaga semangat kita.

Dengan kata lain, sukses dan keberuntungan adalah buah dari ketekunan dan kerja keras, dan bukan sekali-sekali produk dari sebuah “kebetulan”.

Hal lain yang mengesan—dan mungkin juga menjadi faktor pembeda dengan motivator lainnya--adalah nyelipnya nuansa relijius dalam sesion-sesionnya. Memadukan nasehat reljius ke dalam petuah bisnis sangat sekali beresiko, tapi Mario Teguh membuktikan bahwa bisnis pun sebuah area di mana hal-hal seperti relijiusitas, iman, dan Tuhan, adalah sah untuk hadir atau dihadirkan.

Bukan sekali dua kali ia mencoba meyakinkan kita bahwa setiap perbuatan baik akan mendapatkan ganjaran baik. Kalau tidak sekarang, mungkin besok, atau lusa, atau bulan depan, tahun depan, atau mungkin kelak anak-anak kitalah yang akan mencicipinya—tapi ganjaran itu suatu yang niscaya, katanya. Sebab, kata Mario Teguh pula, sistem akunting manusia bisa saja salah, tapi tidak sistem akunting Tuhan.

3 comments:

Anonymous said...

Salam kenal Bung,
saya setuju, nuansa religiusnya membuatnya menjadi lebih mudah diterima karena kadang kalau mengikuti para motivator lain berbicara ada yang seolah2 menafikkan Tuhan, walau mungkin bukan demikian maksudnya

geka said...

Wah jujur saja, untuk nama yang satu ini saya baru dengar, mungkin saya kurang mengikuti berita ya ?

Widyatama_08 said...

saya sanggat bangga, dengan salah satu anak bangsa ini, selalu mengedepankan motivator+relegion bisnis, mengajarkan pada kekuatan Qulbu yg dapat menimbulkan kekuatan yg sanggat luar biasa, menjadi cerdas, santun, dan berjalan pada garis hukum Tuhan. yg kelak menjadi tujuan yg kekal. Jarang sekali motivator seperti ini, maju terus...
salam Super...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...