NASIB cerita silat
Cina agaknya sudah ditentukan. Pernah
mengalami “zaman keemasan” selama beberapa dasawarsa (1950 – 1970-an), “raib”
sejak dekade 80, sejumlah pencinta fanatiknya kemudian mencoba menghidupkannya kembali
sekitar 2004 yang lalu. Mereka mencetak
dan menerbitkan ulang buku-buku yang pernah menjadi “buah bibir” pada masanya:
Serial Thian San buah kalam Liang I Shen yang legendaris itu, trilogi Pendekar Burung
Rajawali-nya Chin Yung dan masih seabreg judul lagi. Sebuah majalah pun—Rimba
Hijau--sempat diterbitkan guna menampung gelegak kerinduan yang mendadak
meluap ketika itu, lantas ada pula pameran
buku cersil , workshop, temu pengarang dan sebuah milis bernama Masyarakat Tjerita Silat menjadi ajang yang ramai tempat “para enghiong” pasang omong di dunia maya.
Tapi eforia itu hanya berlangsung sebentar. Sejatinya
komunitas penggemar cerita silat Cina memang hanya itu-itu saja. Mereka adalah
para “pemain lama” yang sewaktu cersil mengalami zaman kejayaannya umumnya masih para remaja tanggung. Persis memang mereka
inilah yang paling gegap gempita menyambut kehadiran kembali buku-buku lama itu.
Tapi usaha untuk “hadir kembali” itu ternyata tidak begitu berhasil untuk menggaet “anggota baru” dari generasi yang datang belakangan.
Generasi pembaca yang belakangan ini ternyata tidak bisa
sepenuhnya “cocok” dengan kitab-kitab lawas itu. Mereka umumnya merasa tak nyaman
dan "tak nyambung" dengan gaya tutur "aneh" yang menghuni buku-buku itu.
Soalnya sederhana saja sebetulnya, zaman memang sudah berubah, selera pun berganti. Lagi pula sekarang ada pilihan yang lebih “menggoda” dan “mudah” untuk bisa
menikmati cerita silat: nonton langsung video filmnya. Situasinya memang tak mudah untuk genre novel ini kembali eksis.
Jadi begitulah, gegap gempita penerbitan
ulang cerita silat lama segera menjadi adem, majalah Rimba Hijau pun gugur sesudah
sempat bertahan 5 nomor. Daya serap pasar terhadap buku-buku yang kadung terbit ulang itu membikin para pemrakarsanya ketar-ketir, meskipun setahu saya buku-buku itu akhirnya ludes terjual juga.
No comments:
Post a Comment