20 April 2007

Menulis di Koran dan Blog

MENULIS di blog dan di media cetak (koran) memang beda. Kalau. menulis di koran kita dipaksa manut pada policy koran yang kita kirimi tulisan. Mulai dari urusan tema tulisan sampai soal bentuk penyajian tulisan, bahkan sampai panjang pendeknya tulisan pun sudah dipatok.

Dan meskipun semua persyaratan itu sudah kita lakoni, bukan jaminan lantas tulisan kita bakal dimuat. Bisa saja pada saat itu ada tulisan lain yang juga ngebahas soal yang sama, tapi lebih bagus penyajiannya, maka keoklah tulisan kita. Mungkin juga saingan tulisan kita itu biasa saja mutunya, tapi penulisnya jauh lebih beken dari kita, maka lagi-lagi kita pun mesti menarik napas panjang buat mengalah.

Kadang alasan penolakan itu bisa sangat konyol. Misalnya, kebetulan saja mood sang editor lagi nggak bagus hari itu, maka nasib buruk pun jatuh ke alamat tulisan kita.

Sebaliknya, di blog kita leluasa membuat apa saja, karena itu “koran” kita sendiri, bukan? Tapi keliru besar kalau kita mengira menulis di blog dengan begitu jadi urusan gampang. Memang nggak ada redaktur yang memeloti tulisan kita, tapi para pembaca bloglah yang akan bertindak selaku “redaktur”atas tulisan kita itu nantinya.

Dan jangan pernah mengira para pembaca blog kita itu mau bermurah hati kepada kita. Seperti para redaktur nyinyir di koran mereka pun bisa dan senang juga bersikap “kejam” kepada konten blog yang mereka anggap nggak mutu. Ada sekitar 70 juta blog terdaftar di Technorati saat ini, dan entah berapa banyak lagi yang tidak terdata di sana.

Ini artinya ada banyak sekali pilihan blog. Maka blog yang dikelola sembarangan, cepat atau lambat akan ditinggalkan. Kembali ke tema awal catatan ini, menulis—di koran atau di situs sendiri—dengan demikian hakikatnya sama, sebuah urusan yang sangat serius. Kecuali kalau kita sengaja tidak pasang target apa pun.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...