FPI ternyata hanya “ayam sayur”. Mereka menyerah begitu saja sewaktu kemarin (4 Juni 2008) polisi menyatroni “sarang” mereka di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta. Padahal sehari sebelumnya, Habib Rizieg Shihab yang memegang pucuk pimpinan di ormas “preman berjubah” itu berkoar galak “akan melawan sampai titik darah penghabisan” apabila ada anggotanya yang sampai “ditowel” polisi.
Nyatanya, boro-boro melawan, malahan Munarman, “pangab”nya Laskar Pembela Islam (LPI), ngacir entah ke mana. Munarman ini sehari sebelumnya juga sempat mengancam-ancam akan menyerbu kantor Koran Tempo karena koran itu dianggap telah memfitnahnya. Ketika membaca warta itu saya muak sekali, kok enak bener ya, sedikit-sedikit main serbu, sedikit-sedikit main rusak—emang negara engkongnya …
Dengan kejadian kemarin itu semakin terbukti bahwa FPI memang hanya “ayam sayur” doang. Ketika tempo hari akan didatangi anak-anak Pagar Nusa (NU) pun mereka buru-buru ngibrit ke Polda guna minta perlindungan. Ketahuan deh beraninya cuma sama yang kecil, yang pasrah dan nggak bisa melawan.
Kalau iseng-iseng kita bandingkan dengan “anak-anak” Forum Kota (Forkot) umpamanya, yang juga “setengah preman” itu, wah kalah jauh sekali mereka. Forkot itu jelek-jelek sudah sempat “bikin sejarah” waktu 1998 lho. Lha FPI bikin apa-- selain bikin rusak kantor dan menjungkir-balikkan rezeki orang lain?
Nyatanya, boro-boro melawan, malahan Munarman, “pangab”nya Laskar Pembela Islam (LPI), ngacir entah ke mana. Munarman ini sehari sebelumnya juga sempat mengancam-ancam akan menyerbu kantor Koran Tempo karena koran itu dianggap telah memfitnahnya. Ketika membaca warta itu saya muak sekali, kok enak bener ya, sedikit-sedikit main serbu, sedikit-sedikit main rusak—emang negara engkongnya …
Dengan kejadian kemarin itu semakin terbukti bahwa FPI memang hanya “ayam sayur” doang. Ketika tempo hari akan didatangi anak-anak Pagar Nusa (NU) pun mereka buru-buru ngibrit ke Polda guna minta perlindungan. Ketahuan deh beraninya cuma sama yang kecil, yang pasrah dan nggak bisa melawan.
Kalau iseng-iseng kita bandingkan dengan “anak-anak” Forum Kota (Forkot) umpamanya, yang juga “setengah preman” itu, wah kalah jauh sekali mereka. Forkot itu jelek-jelek sudah sempat “bikin sejarah” waktu 1998 lho. Lha FPI bikin apa-- selain bikin rusak kantor dan menjungkir-balikkan rezeki orang lain?
5 comments:
saya rasa keputusan FPI untuk menyerah bukanlah ayam sayur tapi pebuatan yang pandai karena polisi lawan FPI sangatlah tidak sebanding, habib mengetahui itu makanya lebih baik mnyerah daripada jatuh korban sia2, FPI tidak bisa di sandingkan dengan FORKOT dan keduanya sangatlah berbeda, jadi sebelum menulis FPI ayam sayur lebih baik dipertimbangkan kembali, FPI punya tujuan dibalik smua itu tidak hanya ingin menorehkan sejarah yang tidak ada gunanya
saya rasa keputusan FPI untuk menyerah bukanlah ayam sayur tapi pebuatan yang pandai karena polisi lawan FPI sangatlah tidak sebanding, habib mengetahui itu makanya lebih baik mnyerah daripada jatuh korban sia2, FPI tidak bisa di sandingkan dengan FORKOT dan keduanya sangatlah berbeda, jadi sebelum menulis FPI ayam sayur lebih baik dipertimbangkan kembali, FPI punya tujuan dibalik smua itu tidak hanya ingin menorehkan sejarah yang tidak ada gunanya
saya rasa keputusan FPI untuk menyerah bukanlah ayam sayur tapi pebuatan yang pandai karena polisi lawan FPI sangatlah tidak sebanding, habib mengetahui itu makanya lebih baik mnyerah daripada jatuh korban sia2, FPI tidak bisa di sandingkan dengan FORKOT dan keduanya sangatlah berbeda, jadi sebelum menulis FPI ayam sayur lebih baik dipertimbangkan kembali, FPI punya tujuan dibalik smua itu tidak hanya ingin menorehkan sejarah yang tidak ada gunanya
saya rasa keputusan FPI untuk menyerah bukanlah ayam sayur tapi pebuatan yang pandai karena polisi lawan FPI sangatlah tidak sebanding, habib mengetahui itu makanya lebih baik mnyerah daripada jatuh korban sia2, FPI tidak bisa di sandingkan dengan FORKOT dan keduanya sangatlah berbeda, jadi sebelum menulis FPI ayam sayur lebih baik dipertimbangkan kembali, FPI punya tujuan dibalik smua itu tidak hanya ingin menorehkan sejarah yang tidak ada gunanya
habib emang "pinter" : beraninya sama yang "kecil" dan kagak bisa melawan. tidak usah lawan polisi, sama ansor aja ngeper
fpi memang nggak bisa disamakan dgn forkot : forkot sudah sempat bikin sejarah, fpi bikin apa?
jangan terlalu meromantisir bung, fpi (juga fbr) seperti pp dll di zaman orba dulu, mereka cuma "alat" penguasa belaka, "boneka", "pesuruh" penguasa.
belajarlah membaca di balik yang tersirat, oke bung?
salam
Post a Comment