YA, misalkan dulu hari itu saya memutuskan tak kawin, tetap lajang begitu, sedang apa gerangan saya saat ini, pada malam nan sepi ini? Saya pasti tidak sedang berada di rumah yang kini saya tempati ini. Sebuah rumah di sebuah gang (buntu) di Kebon Jeruk Jakarta. Jadi di mana kiranya saya tinggal? Oh, mungkin sekali saya memilih menetap di Bekasi, nemplok di rumah orang tua, di sebuah perumahan menengah di Kalimalang.
Atau saya tinggal di sebuah rumah BTN tipe 45 yang dulu memang sempat saya beli, di Bekasi juga, hanya lokasinhya rada mojok, aksesnya setahu saya lumayan macet sehari-harinya. Rumah itu mungkin sudah saya desain sedemikian rupa, sehingga cocoklah untuk ditinggali seorang bujangan yang punya kegemaran membaca dan menulis. Jadi saya membayangkan di rumah itu ada sebuah kamar kerja yang merangkap perpustakaan pribadi. Tentu ada juga internet, televisi layar datar dan seperangkat alat pemutar musik--sebab sang bujangan lumayan gemar mendengarkan musik.
Kata orang, hidup hanyalah soal pilihan. Memang kalau saya coba berandai-andai dan membayangkan kembali jika saja pilihan yang dulu saya ambil itu adalah bukan yang sekarang saya jalani, sejuta kemungkinan dari yang sangat "biasa" sampai yang paling "gila" segera terbayang di dalam ini jidat. Jangan salah sangka dulu, saya tak menyesali pilihan saya, saya hanya sedang mencoba iseng dengan imajinasi saya.
Dan jujur, saya sungguh takjub tapi sekaligus "ngeri" juga membayangkan serba kemungkinan jalan nasib saya sekiranya pilihan "tidak kawin" itu yang dulu saya ambil. Di atas semuanya, tak ada jaminan sama sekali bahwa hidup saya akan jadi "lebih bahagia"--pilihan hidup melajang tentu mempunyai konsekuensinya sendiri, bukan?
.
(Tapi satu hal bisa saya pastikan betul, jika misalkan dulu saya memang tak kawin, maka tulisan ini sudah pasti tak akan pernah ada Atau sebaliknya saya kemudian menulis, "Misalkan Dulu Saya Kawin" Aduh kacau sekalki, sudahlah tidak usah beranda-andai. Jalani saja yang sudah telanjur ada ini).
No comments:
Post a Comment