05 August 2013

Ramadhan dan Saya

MESKI bukan muslim, bulan Ramadhan selalu bearti khusus buat saya. Mungkin sebagian karena  kenangan masa kanak. Ketika itu, bulan Ramadhan--Bulan Puasa, begitu saya biasa menyebutnya kala itu--identik dengan libur panjang sekolah. Liburnya lebih panjang ketimbang libur sekolah sekarang, yang "hanya" sepuluh hari. Libur Puasa sekolah ketika itu bisa sampai sebulan atau lebih. Sebagai bocah tentu saya begitu suka cita menyambut datangnhya "Bulan Liburan" itu.

Selain itu, suasana di bulan yang satu ini--khususnya pada malam harinya--memang beda. Malam-malam di bulan Ramadhan adalah malam-malam yang "meriah". Pemandangan rombnongan jamaah yang berduyun-duyun mendatangi masjid guna bersholat Tarawih, entah mengapa, menyejukkan saya. Lalu panggilan untuk ber-sahur pada sepi dinihari, sungguh membuat saya merasa damai. Beberapa kawan saya di masa kanak suka bercerita bahwa selama Bulan Puasa semua setan pada dikurung sehingga, katanya, kita tidak usah takut keluyuran sendiri di malam-malam Bulan Puasa itu.

Ketika saya beranjak lebih besar, ada satu hal lagi yang teramati. Yaitu pada bulan Ramadhan sepertinya semangat orang untuk belajar (maksud saya membaca kitab-kitab agama) juga meningkat  Saya tak  peduli apa yang mendasari kegairahan membaca buku pada bulan Ramadhan itu, yang pokok dan positif adalah bahwa kegairahan itu sudah terjadi,  Dan biasanya saya juga ikut ketularan, jadi tambah semangat membolak-balik kitan pelajaran agama yang biasanya jarang saya jenguk itu.

Jadi singkatnya, Ramadhan memang bulan yang "beda"--tak peduli saya bukan muslim--saya merasa bisa ikut menikmatinya juga. (Belakangan Ramadhan juga punya arti lain bagi saya. Yaitu bahwa bulan ini menjadi identik dengan akan keluarnya THR--tapi ini catatan dari sudut pandang yang lain lagi). Maka seperti penyair Taufiq Ismail dalam salah satu syair Ramdhannya yang dinyanyikan dengan amat syahdunya oleh Grup Musik Bimbo, saya pun suka merasa "kehilangan" setiap kali bulan nan penuh barokah ini akhirnya usai.

Bahkan ada membersit sedikit rasa gamang, bisakah saya ketemu lagi Ramadhan di tahun depan? Masih bisakah, misalnya, saya ketemu ibu saya, yang tahun ini sudah 78, pada "Bulan Puasa" berikutnya? .  

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...