13 January 2010

Sri Mulyani, atau "Perawan" di "Sarang Penyamun"


Sri Mulyani adalah tokoh yang sepertinya tidak bisa menghindar dari kontroversi. Pada awal masa pemerintahan SBY di tahun 2004, ketika namanya mulai santer disebut-sebut sebagai calon kuat menteri ekonomi, sebagian orang meributkankannya. Mereka antara lain melempar gosip murah, menyebut Sri sebagai “kepanjangan tangan IMF”. Tuduhan-tuduhan itu kempis dengan sendirinya ketika ia bisa membuktikan kepiawaiannya selaku Menkeu (maupun Menko) Sejumlah media dan lembaga prestisius kemudian seperti kompak berlomba menobatkannya sebagai contoh pejabat menteri yang sukses.

Tapi hawa panas dari krisis global 2008, yang meruap juga ke sini, menyeretnya kembali ke dalam kancah kontroversi. Kali ini malah auranya jauh lebih membara. Sementara para pelaku bisnis di lapangan memuji manuver gemilangnya (bersama Boediono) menangkal krisis hingga negeri ini luput dari krisis ekonomi jilid 2, sejumlah politikus malah melihat manuvernya itu sebagai celah untuk melakukan penjegalan-penjegalan politis Lihatlah apa yang sudah diperbuat mereka, belum juga menjadi jelas benar-salah duduk perkaranya, sebuah gerakan besar dan sistematis untuk menghakiminya secara barbar sudah dilakukan.

Melihat kiprah Sri Mulyani di tengah “badai kebencian” yang sengaja diciptakan para elit, saya teringat pada sebuah judul roman lama, “Anak Perawan di Sarang Penyamun”. Apa boleh buat, Sri yang memang masih “perawan” dalam urusan politik, telah terpaksa meladeni permainan yang disiapkan para “penyamun”, yang dengan air liur menetes-netes kini mencoba “menggerayinginya” : kalau bisa kepengin mengerkahnya saja bulat-bulat. Kata sebuah situs berita di sini, Sri sampai membekali diri dengan seuntai tasbih tatkala hari ini datang ke gedung parlemen menemui “para penyamun” itu.

Siapa yang bakal menang, “sang perawan” ataukah “gerombolan penyamun” itu? Ketika tulisan ini dibuat peperangan masih berlangsung dengan sengit.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...