PENYAIR Joko Pinurbo punya kebiasaan ke mana-mana mengantongi sebuah buku catatan kecil—sebagian kita mungkin terbiasa menyebutnya notes—yang digunakannya untuk mencatat apa saja yang menarik perhatiannya. Mungkin itu ide atau tema, atau gagasan yang sekonyong muncul di kepala, atau apa sajalah yang dianggapnya penting untuk nantinya digarap menjadi sebuah tulisan utuh. Saya pernah menyebut ini sebagai gaya penyair "pengrajin".
Tidak dinyana kebiasaan “sepele” itu—mengantongi notes ke mana-mana—ternyata juga dilakoni Prof Ikhlasul Amal. Beliau pun menganjurkan untuk kita tidak ragu melakukan hal yang sama, karena memang banyak juga manfaat yang bisa didapat dari kebiasaan itu. Dari mulai sekedar mencatat alamat situs menarik yang nggak sengaja kita temukan misalnya, sampai—mungkin ini yang paling penting—mencatat ide-ide untuk nantinya dijadikan artikel di blog kita.
Belum lama ini saya menulis artikel Menulis dengan Gairah di halaman ini. Di situ saya ceritakan bahwa saya punya kebiasaan mengupdate blog saya 3 kali seminggu. Ternyata ada yang penasaran dan kasih komen bahwa itu target yang kelewat berat baginya. Sebetulnya saya pun tidak menganggap target posting 3 kali seminggu itu ringan, tapi syukurlah sampai sejauh ini semua berjalan lancar.
Posting 3 X seminggu bukan target yang mudah karena memang tidak gampang menemukan bahan untuk dituliskan. Tapi ada penulis yang bilang bahwa “menulis itu seperti ngobrol” dan saya rasanya setuju, tapi tetap saja susah mempraktekkan jurus itu. Pertama, karena memang menulis punya banyak “aturan” beda dengan ngobrol, jadi buat mereka yang memang malas berlatih—apalagi dasarnya nggak suka—kerja menulis akan selalu menjadi semacam beban dan siksaan..
Kedua, menyangkut bahan atau topik untuk dituliskan. Sebetulnya, ini masalah kejelian kita belaka. Menulis di blog itu relatif mudah—jika dibanding menulis di koran, umpamanya—karena banyak hal bisa kita comot dengan bebas untuk kemudian kita tuliskan di blog kita. Tapi, masalahnya kita sering begitu saja membuang banyak tema atau topik yang kita temui, dengan cara melupakannya begitu saja. Nah, di sinilah saya kira sebuah notes—yang ukurannya mungkin hanya separuh telapak tangan—bisa membantu supaya kita tidak selalu merasa blank dan kehabisan ide tulisan.
Tidak dinyana kebiasaan “sepele” itu—mengantongi notes ke mana-mana—ternyata juga dilakoni Prof Ikhlasul Amal. Beliau pun menganjurkan untuk kita tidak ragu melakukan hal yang sama, karena memang banyak juga manfaat yang bisa didapat dari kebiasaan itu. Dari mulai sekedar mencatat alamat situs menarik yang nggak sengaja kita temukan misalnya, sampai—mungkin ini yang paling penting—mencatat ide-ide untuk nantinya dijadikan artikel di blog kita.
Belum lama ini saya menulis artikel Menulis dengan Gairah di halaman ini. Di situ saya ceritakan bahwa saya punya kebiasaan mengupdate blog saya 3 kali seminggu. Ternyata ada yang penasaran dan kasih komen bahwa itu target yang kelewat berat baginya. Sebetulnya saya pun tidak menganggap target posting 3 kali seminggu itu ringan, tapi syukurlah sampai sejauh ini semua berjalan lancar.
Posting 3 X seminggu bukan target yang mudah karena memang tidak gampang menemukan bahan untuk dituliskan. Tapi ada penulis yang bilang bahwa “menulis itu seperti ngobrol” dan saya rasanya setuju, tapi tetap saja susah mempraktekkan jurus itu. Pertama, karena memang menulis punya banyak “aturan” beda dengan ngobrol, jadi buat mereka yang memang malas berlatih—apalagi dasarnya nggak suka—kerja menulis akan selalu menjadi semacam beban dan siksaan..
Kedua, menyangkut bahan atau topik untuk dituliskan. Sebetulnya, ini masalah kejelian kita belaka. Menulis di blog itu relatif mudah—jika dibanding menulis di koran, umpamanya—karena banyak hal bisa kita comot dengan bebas untuk kemudian kita tuliskan di blog kita. Tapi, masalahnya kita sering begitu saja membuang banyak tema atau topik yang kita temui, dengan cara melupakannya begitu saja. Nah, di sinilah saya kira sebuah notes—yang ukurannya mungkin hanya separuh telapak tangan—bisa membantu supaya kita tidak selalu merasa blank dan kehabisan ide tulisan.
1 comment:
Menurutku, mencari bahan untuk ditulis tidaklah sulit. Banyak kejadian sehari-hari yang bisa diangkat menjadi bahan tulisan (tanpa menjadikan itu sebagai diari kehidupan hehehe).. new things is learned every day...
yang sulit bagiku adalah meluangkan waktu untuk membaca dan menulis.
Dan yang paling sulit adalah menulis dengan baik... aku masih belum bisa menulis dengan baik... dan terkadang merasa berat untuk menulis asal-asalan.
Masih perlu banyak belajar pada Pak Ook nih hehehehehe...
Post a Comment